Selasa, 07 Agustus 2012

-Dunia yang Gelap-

Hahaha.. Gw nge'post lagi nih , tentang cerita sedih lagi yang bikin air mata gw ngalir :'(
kalo mau tau Baca aja

Cekidoottt..


“Edogawa, maafkan aku, kita memang saudara, tapi aku tidak bisa merawat mu karena kamu buta. Karena kehidupan kita masing masing, akupun ingin hidup bahagia dan dapat melihat laut seperti keinginan ku yang tidak pernah tercapai..” oh. kalimat itu selalu membayangiku dan membuat hatiku hancur, karena dia m
emang Saudara kandungku satu-satunya kami hanya berdua setelah ibu meninggal dan dia pun tega meninggalkan ku dalam keadaan susah.
“Hai, sayang, coba lihat orang yang duduk dikursi di seberang jalan sana! Itu seperti Shinichi dehk…” Suruh ran padaku untuk melihat kearah telunjuknya menunjuk.
“Yang mana?” tanyaku sambil benar-benar focus melihat kearah kursi-kursi berjejer di sepanjang jalan tersebut.
“Tuh… disana!! Lihat deh perhatikan lagi !!” jawab ran sambil menunjuk kearah sosok pria, yah cukup jauh juga, tapi Dia tetap bisa mengenali Shinichi, dia memang tidak bisa melupakan Shinichi, padahal kami sudah cukup lama tidak bertemu, aku saja sebagai kakak kandungnya tidak bisa sejeli itu melihatnya. Dan lagi pula Ran adalah istriku sekarang, dan reaksi Ran seperti itu membangkitkan kembali kecemburuanku kepada Shinichi.
Aku tau Ran masih mencintai Shinici, tapi hari ini adalah bulan madu kami, aku tidak mau rasa cemburu ini menghancurkan saat-saat indah bersama Ran.
“Loh, sayang kok berhenti??” tanya ran melihat aku menghentikan langkah kakiku, dan menuju bangku panjang yang memang disediakan ditepi setiap jalan kota, aku rasa bangku ini memang disiapkan pemerintah negara ini untuk orang-orang yang jalan-jalan menikmati keindahan kota, kulepas semua beban duduk dibangku itu dengan tenang, Ran pun duduk dekat disampingku, “Ran apakah kau masih mencintai Shinici?” tanyaku sambil melipat tangan didadaku dan pandangan lurus kedepan melihat keindahan laut diseberang jalan ..
“Ya, aku mencintai Shinichi, sama seperti kau mencitai Shinici, dia adikmu, sekarang juga dia adikku, apakah kau cemburu dengan adikmu sendiri?” tanya ran kembali
“Tidak, aku tidak cemburu” Bohongku pada Ran
“Kalau begitu mari kita kesana, siapa tau itu memang Shinichi!!” ajak Ran sambil menarik tanganku
“Nanti dulu Ran, aku masih mau menikmati pemandangan laut dari arah sini” Jawabku.
Dalam lamunan ku Aku terbayang Shinici yang tega pergi meninggalkan ku saat kecelakaan yang merenggut penglihatanku, saat itu benar-benar keadaan sangat susah, uangpun untuk perawatan tidak ada. Aku beruntung seorang dermawan menolongku. Akupun jadi teringat Ibu,.. kasih sayangnya kepada ku dan Shinici mendidikku dan didikan itu masih melekat dan menjadi kebiasaanku, Rekaman kejadian itu terulang kembali dalam ingatan ku seperti sebuah film yang diulang kembali, seorang anak Pintar dan Tampan dibesarkan oleh seorang Ibu Janda yang miskin, pria tampan dan pintar itu adalah Shinici dulu kami akrab, kami bukan seperti saudara, tapi melebihi itu, kami adalah sahabat yang tidak akan pernah terpisahkan oleh apapun. Ya aku mengatakan Sahabat melebihi persaudaraan, karena Persaudaraan bisa rusak oleh cinta, uang ataupun lainya, sedangkan Sahabat, selamanya tak terpisahkan.
Ibu kami adalah seorang wanita yang tegar dalam menghadapi cobaan hidup, mulai dia harus menjadi Janda setelah ditinggalkan Ayah yang tidak sanggup hidup susah, dia membesarkan beserta menyekolahkan kami, ia adalah Ibu sekaligus Ayah bagi kami dia bersusah payah menyekolahkan kami dengan menjadi tukang cuci kain dirumah – rumah tetangga. Ada suatu pelajaran berharga yang selalu diterapkan ibu adalah walaupun dalam keadaan seperti itu, ibu tidak pernah lupa menabung untuk berkurban, rasa cinta kemanusiaan ibu yang mendorongnya untuk melakukan itu, terkadang tabungan ibu tidak cukup, dan dia menunda berkurbannya ditahun yang akan datang, pokoknya ibu berkurban selalu dua tahun sekali atau satu tahun sekali. Dan sekarang ini menjadi kebiasaan bagiku juga.
*****
Shinici lah yang selalu tidak membebani ibu dalam masalah keuangan sekolah, semenjak dia memasuki jenjang SMP dia selalu mendapatkan nilai tertinggi, sehingga dia selalu dapat beasiswa, jadi ibu tidak perlu lagi memikirkan biaya sekolahnya. Dia selalu juara, terkadang ibu mau memberikannya hadiah, tapi tiap ditanya ibu, Shinici lebih memilih tidak meminta apa-apa, Karena dia tau tidak akan bisa diberikan Ibu. Pernah suatu hari dia meminta hadiah tapi memang Ibu tidak dapat memberikannya, sejak itu dia tidak pernah mau diberikan hadiah disaat nilainya tinggi, Shinici sejak kecil memang selalu ingin melihat laut yang selalu dilihatnya di TV, aku tau itu, itulah yang pernah menjadi permintaannya jika dia ditanyai hadiah apa yang kau mau Shinici? “Tidak banyak, aku ingin lihat laut!!” huh… karena keadaan ekonomilah yang menghambat keinginan Shinisi itu…
Tiba-tiba akupun berfikir dan mulai menduga pria yang dibangku di ujung jalan itu adalah Shinici, mungkin inilah hari disaat dia dapat melihat keinginannya sejak kecil?
****
“Edogawa, apa yang kau lamunkan sayang?, ceritalah padaku!! “ Tanya ran pada ku…
Akupun mulai bercerita apa yang masih ada didalam memoriku kepada Ran, “Aku rindu adik dan Ibuku ran, Shinici, aku rasa pria diujung jalan itu adalah dia, tapi aku masih tidak bisa melupakan kejadian beberapa tahun yang lalu, betapa tega dia meninggalkan ku dalam keadaan susah, padahal kami berjanji, kami adalah saudara, tidak ada saudara kami didunia ini, karena ibu seorang wanita sebatang kara” ceritaku pada ran
****
Kembali rekaman masa lalu tentang Ibu ku itu terputar dalam ingatanku, Rekaman itu kuceritakan pada Ran.
“Edogawa, kenapa pulang cepat nak? Apakau bolos?” Tanya ibu yang baru pulang mencuci di beberapa rumah tetangga, dan sedang sibuk mengumpulkan pakaian kotor yang juga ibu terima untuk dicuci dirumah
“Aku kurang enak badan bu, sepertinya deman” Jawabku sambil memegang keningku untuk meyakinkan ibu.
Seketika itu juga raut muka ibu berubah, tampak diwajahnya terukir kekhawatiran terhadap ku, dia memegang keningku… dan bergegas membeli es batu dirumah tetangga… di menyuruhku tidur, dikompresnya kepalaku dengan handuk yang basah dengan air Es. Dia melakukan itu dengan kasih sayang, setelah itu ibu meneruskan pekerjaannya, dia tidak mampu membawa ku untuk berobat, ya itulah caranya untuk menurunkan demam sebagai antisipasi saja.
Saat ku sedang istirahat kuintiplah ibu mencuci dari jendela kamar, kulihat tangan-tanganya yang kurus dengan kerutan dan lemah itu mencuci pakaian dengan sisa-sisa tenaganya yang sudah memudar, tangan-tangan yang indah itu. Ku tau sudah tidak mampu lagi tangan itu untuk menerusan pekerjaan itu, tapi tetap dikerjakan demi anak-anaknya. Melihat itu air mata pun tak mampu ku bendung, terisak-isak tangisku melihat kasih sanyangnya yang begitu besar kepada kami… dia ingin kami menjadi orang sukses
Ternyata ibu melihat aku sedang menangis saat itu, ibupun melompat dan berlari menuju kamar, diapun memelukku, dia bertanya “Apa yang sakit nak? “
“Tidak ada bu” jawabku terisak-isak, “bolehkah kalau aku sudah sembuh aku bekerja bu… aku tau shinici adalah anak yang pintar, kalau ibu menyekolahkan kami berdua edo tidak bisa melihat ibu seperti ini, edo tau ibu sedang sakit, bu kalau aku tidak sekolah dan bekerja, maka beban ibu akan berkurang dan peluang shinici untuk sukses lebih besar, dia anak pintar bu..”
Seketika itu berubahlah raut wajah ibu, bukan marah, tapi tampak raut kekecewaan diwajah ibu, “jangan sekali-kali mengatakan itu, Ibu tidak membedakan kalian berdua, keduanya sama, selagi ibu masih mampu tidak ada yang putus sekolah. Perkataan mu nak menyakitkan Ibu, susah payah selama ini Ibu menyekolahkan mu, inikah balasan buat Ibu? Edo anak ku, ingatlah nak kau sudah kelas 1 SMA, lihatlah sudah seberapa jauh kau melangkah, begitu puasnya kan hingga kau sampai seperti ini? Ingat pesan ibu anak ku jangan pernah melihat seberapa jauh lagi kau melangkah tapi lihatlah sudah seberapa jauh kau melangkah, Ibu tidak pernah mengajarkanmu untuk berhenti dan menyerah. Jangan lakukan itu lagi pada Ibu!!”
Akupun tertunduk dalam hati kurenungkan pesan Ibu, aku telah membuat dia kecewa, maksudku untuk membuat ringan beban ibu, tapi justru membuat kekecewaan baginya, terbayang berapa banyak aku telah mengecewakannya saat ku dikandungan dia memiliki harapan-harapan terhadapku yang beranjak aku dewasa justru lebih banyak mengecewakan harapannya itu “Bu, adakah aku membuat diri mu bangga? Aku hanya ingin membahagiakan mu, dan meringankan beban mu… maafkan aku bu, ucapan ku membuat ibu kecewa”
“dimata ibu kalian berdua adalah kebanggan dan kebahagian bagi ibu, saat edo ataupun sinichi di rahim ibu, tidak sedikitpun ibu merasa edo menyusahkan ibu, ibu bangga ibu bahagia saat itu, saat edo dilahirkan dan menangis, betapa besar kebahagiaan ibu, ibu bahagia dan bangga ketika melihat mu nak tumbuh, ibu bangga ketika edo membutuhkan ibu saat kamu lapar dimalam hari menangis minta susu, setiap kebahagiaan mu adalah kebahagiaan juga bagi ibu. Itulah kebahagiaan ibu.” Kupeluk ibu erat-erat tak tahan air mata ini pun mengalir begitu derasnya, aku berjanji akan terus membuat ibu bahagia dan aku berjanji akan menjadi sukses supaya dia selalu bangga. Setelah saat itu aku semakin semangat belajar walaupun tidak menjadapatkan juara 1 aku tetap bisa masuk 10 besar akhir kelas 1 SMA, dan Shinichi lagi-lagi mendapatkan Ranking 1 umum dikelas 2 SMP.
****
Aku diam sejenak, menahan rasa haru mengenang Ibu yang telah tiada “Ibu mu orang yang hebat sayang, dia membangkitkan semangat mu, dia betul-betul wanita yang tegar” kata ran sambil menyeka air mata nya kulihat dia menunduk menyembunyikan tangisnya dengan rambutnya yang tergerai dan diterpa angin laut.
Akupun melanjutkan ceritaku pada ran, “dan delapan tahun yang lalu aku mengenal mu ran karena kamu belajar bersama dirumah bersama shinici, kamu menyukai Shinichi, aku juga menyukaimu, aku mengatakannya pada shinici bahwa aku menyukai mu, tapi kamu memilih Shinici yang sama sekali tidak menyukaimu.” Ran pun tersenyum pada ku. “siapa bilang? Shinichi menyukaiku juga lo.. “ jawab ran sambil tersenyum bercanda.
“Trus kau ingat kan, waktu itu ibu sakit ibu kena Sirosis Hati… dan ibuku meninggal saat aku kelas XII SMA dan Shinici kelas IX SMP, benar-benar shinici memutuskan untuk berhenti sekolah dan dia membantu ku dalam keuangan untuk kuliah ku tentunya bukan dia semua yang membiayai, aku masuk kuliah di Monash University jurusan Kimia, semua tabunganku habis buat biaya masuk kuliah, aku pun bekerja untuk bantu-bantu keuangan kuliahku dan makan kami berdua.. saat itu kamu dan Shinici udah jadian dan aku ingat Shinici dan Kamu Ran menabung untuk biaya pernikahan kalian, aku ketawa meliat kamu pun memungut uang Receh dijalan hahaha”. Tampak raut wajah ran berubah, mulutnya rada monyong “Harus donk kalau rezeki ga boleh ditolak, berapapun jumlahnya, lagian kalau dikumpulkan udah bisa jadi banyak kan?” Akupun berdiri dan memegang tangan Ran “Ran yuk kita menuju kesana” ajakku sambil menunjukk kearah pria yang kami liat seperti shinichi.
“Ay uukk” jawab ran sambil berdiri dan merapikan bajunya karena lipatan saat duduk
“ Seandainya dia benar Shinici, dia pasti malu meliat ku….ya Ran?”
Ran hanya diam “Ran.. kau dengar yang kukatakan?”
“Oh.. jangan katakan itu, dia tidak bersalah dalam kecelakaan yang merenggut penglihatan mu” jawab ran sambil berjalan beriringan dengan ku.
“Kok kamu jawabnya begitu? Kamu ingatkan? Waktu itu aku sudah hampir tamat kuliah, memang aku yang salah, tapi dia tidak berada bersamaku saat aku susah Ran, dia malah pergi meninggalkan ku dengan ucapan selamat berpisahan, aku sakit hati mendengar kata-kata itu, ran dia mengatakan “Edogawa, maafkan aku, kita memang saudara, tapi aku tidak bisa merawat mu karena kamu buta… karena kehidupan kita masing masing, akupun ingin hidup bahagia dan dapat melihat laut seperti keinginan ku yang tidak pernah tercapai..” bukankah itu kata-kata terakhirnya?? “ tanyaku sambil terus berjalan.,… tapi Ran diam saja
“Ran, kenapa diam? Apa yang kau sembunyikan dariku?? Kau mencintai Shinici kan? Kau masih mencitainya kan?” Aku pun menghentikan langkah kaki, karena akan menyeberangi jalan “Ran?” bentakku “Tidak Ini bulan madu kita.. jangan karena hanya ini, semua yang kurencanakan menjadi berantakan” kulihat pria itu sambil ku mendengarkan celoteh Ran, pria itu benar Shinici “Hei Edo… kamu dengar ga?” bentak Ran.
“kamu selalu kalau aku ngomong ga kamu dengerin, Bukankah Zat kimia penelitian itu kamu sendiri yang taruh diatas lemari dan kamu sendiri yang mencarinya kembali, dan ga sengaja zat kimia itupun tumpah menyiram wajahmu hingga mengakibatkan kebutaan pada matamu?? Kenapa kamu menyalahkan Shinici?” Sewot Ran
Akupun melipat tangan sebagai bahasa tubuh bahwa aku bertahan tidak mau kalah “Aku tidak mengatakan itu” Bentakku keras, seketika itu juga terdengar suara memanggilku “Edogawa” dari seberang jalan, tapi aku tidak menghiraukannya aku teruskan ceramahku pada ran “Aku tau itu memang salahku, tapi dia meninggalakanku” sambil bicara samar-samar ku melihat sinichi sulit berjalan, sepertinya kakinya bengkak dan menggunakan tongkat.
“Brrrrukkkkkk” terdengar suara terjatuh diiringi bunyi Rem dari kendaraan yang berhenti mendadak setelah jalan dengan lajunya.
Akupun terdiam dari celotehku pada ran, kulihat sumber suara dan ada tubuh manusia tergeleletak di jalan berceceran Darah kulihat kacamata hitam nya remuk banyak orang mengangkatnya kedalam mobil, pria itu yang digotong itu adalah Shinichi. Ran pun mengejarnya, sambil teriak menangis menyebut nama Shinichi.. aku hanya bisa diam bingung dan sedih.
Kamipun ikut mengantarkan Shinici kerumah sakit
****
Setelah dokter merawat Shinici, “Kalian siapa korban?” tanya dokter setelah keluar dari ruangan “Kami keluarga korban dok” jawab Ran, dan aku hanya duduk menunggu memperhatikan Ran yang sangat cemas sambil menangis, “sepertinya tidak punya harapan” kata dokter, “banyak darah yang dikeluarkannya, dan beberapa organ fital rusak, masalah darah kami banyak persediaan, tapi sepertinya dia juga geger Otak mungkin menyebabkannya Hilang Ingatan, ginjalnya sudah rusak lama sekali, sebelah ginjalnya pernah diangkat, dia sudah siuman sekarang, kalian bias melihatnya !!”
Ran bergegas masuk dan memanggil Shinici sambil teriak… aku masuk dan memperhatikan Ran yang begitu khawatirnya… “Sssiapa itu… kenapa disini gelap??” Ran pun menngis kulihat ran terisak-isak menangis, aku teringat waktu aku buta Ran tidak begitu, aku tau mungkin kecelakaan itu menyebabkan juga Shinici buta. Ku dekati ran kudekap dia, dia menangis dibahuku sambil menyebut-nyebut nama Shinici..
“Aku ran, Apa kau masih ingat?” Tanya Ran dengan suara menggigil….
Dengan pelan dan perlahan Sinichi menjawab pertanyaan Ran “Ran?? Anak daerah mana ya?? Apa aku buta?? Kamu siapa Ran?… Ran kalau kamu kenal Edogawa tolong jemput dia!! Aku rindu dia… hanya dia satu-satunya saudaraku didunia ini !!” “Shinici mengenalku ? Sementara dia sendiri tidak mengenal Ran” tanyaku dalam hati, dia masih mengakui ku sebagai saudara. “Aku disini Shinici” bisikku ku ketelinganya, Tangannya yang lemah memelukku melepas rindu. “Edo aku buta, aku tidak bisa melihat mu, aku tidak bisa melihat laut, Edo andai aku sembuh bawalah aku sekali saja untuk mendengar laut sekali saja!!”. .
Aku hanya diam, dengan pelan ku bisikkan “Pasti akan ku bawa…” kulihat tubuhnya yang sudah sangat parah, karena sakit ginjal yang dideritanya, ginjal satu tidak mampu untuk menjaga kesehatannya sehingga kerja ginjalnya sangat berat hingga rusak, sekarang kakinya membengkak, tangannya membengkak dipenuhi cairan.
Aku pun tertunduk dan kurangkul Ran…. “Ran mungkinkah ini karma buat Shinici? Tapi walaupun dia dulu meninggalkanku, sekarang ini aku tidak akan membalas apa yang telah diperbuatnya padaku, tapi aku akan menjaganya dan akan tetap disini merawatnya” ran pun menangis dan membentakku “Shinici buta bukan karena tabrakan Edo.. kalau kau sayang padanya donorkan matamu untuk shinici!!” kata Ran sambil menunduk “maafkan aku shinichi, rahasia ini aku kasih tau kepada Edogawa” bisik Ran ditelinga shinici…
“Rahasia apa itu? “ tanya shinici lemah
Aku pun terdiam, dalam hatiku berkata, mengapa mereka menyimpan rahasia dariku….??
Ran tertunduk… rambutnya yang tergerai menutup matanya yang meneteskan air mata mengenang masa lalu nya. “Shinici buta karena cairan kimia penelitian tugas akhirmu” akupun terkejut mendengarkan itu?? Jadi kacamata hitam itu?? Ternyata shinici buta?? Kenapa hal yang terjadi dengan diriku pun terjadi pada shinici?? Hatiku berkata.
“Waktu itu Shinici dengan nafas terengah-engah datang kerumah mengatakan cairan kimia penelitian mu menyebabkanmu buta… dia tau kau menyukai ku… dia mengatakannya pada ku.. dia pamit kepadaku. Dia berkata ingin pergi jauh yang mana dia tidak melihat kita lagi di suatu dunia yang gelap, aku khawatir kecelakaan yang kau alami menyebabkan dia mengambil keputusan nekat bunuh diri, terakhir dia mengatakan dia juga mencintaiku tapi dia titip kamu padaku.. itu pesan shinici”. Ran pun diam dari ceritanya untuk menarik nafas
“Lalu Ran?” tanyaku
“aku datang kerumah sakit terpaksa ku katakan ucapan Shinici padamu.. karena kau yang memaksaku, kau pun ga bisa menerima ini, kau berharap ada shinici tetap berkumpul bersama, tapi shinichi malah pergi meninggalkan mu, awalnya sinici datang kerumah sakit dan mengucapkan kata perpisahan yang membuat hati mu hancur, “Edogawa, maafkan aku, kita memang saudara, tapi aku tidak bisa merawat mu karena kamu buta. Karena kehidupan kita masing masing, akupun ingin hidup bahagia dan dapat melihat laut seperti keinginan ku yang tidak pernah tercapai..”, setelah itu ada orang dermawan yang menyumbangkan dana untuk perawatan mu, dan kau pun mendapatkan pendonor matamu, kau tau siapa orang itu??” tanya Ran sambil menutup mulutnya menahan tangis… “Kau tau siapa orang itu??” bentak Ran padaku, akupun menunduk aku tau sekarang shinici tidak pergi dariku,… dia bersamaku … air matakupun menetes..
“Ya… sekarang kau tidak bisa menjawabnya Edogawa, kau tau saat kau dirawat dan belum boleh keluar.. aku bertemu shinici ditaman kota, dia jalan dengan tongkat dan kacamata hitamnya, selembar foto dibuangnya dari saku bajunya, ku pungut foto itu, foto itu adalah fotoku.. aku memanggilnya dan dia pun berhenti dan dia mengatakan “maaf kan aku Ran, maukah kau berjanji tidak mengatakan ini pada Edogawa? Dana yang telah ku tabung buat pernikahan kita telah ku bayarkan untuk pengobatan Edogawa ditambah dana dari hasil donor ginjalku kepada orang kaya, dan sekarang aku hanya ingin pergi mendengarkan laut impianku waktu kecil.. sisa dana pengobatan akan ku gunakan untuk berangkat ke Hongkong jangan cari aku. Aku mencintaimu Ran”
“Dasar bodoh, kau tau kau mengorbankan segalanya untuk edogawa, apakah kau akan bisa menjadi orang sukses? Padahal kita berdua akan menikah, dan bercita-cita menjadi orang sukses berdua” triakku (Ran) sambil menangis pada shinici.
“Ran, Kesuksesan adalah penilaian orang lain pada kita, sedangkan kebahagiaan adalah penilain yang ada dalam diri kita sendiri.. kau tau jika Edogawa buta.. apa arti pengorbanan ku selama ini? Apa arti pengorbanannya selama ini? Dia berjanji pada ibu akan menjadi orang sukses, aku berhadap orang menilainya sebagai orang sukses, sedangkan aku sendiri berjanji pada ibu akan menjadi orang yang bahagia, Ran ku harap saat kau bulan madu bersama Edogawa bawalah dia melihat laut bersama mataku.. ! biarkan mata itu menikmati keindahan nya! Selamat tinggal”. Kakiku lemas akupun terduduk sambil menangis.. membiarkannya pergi meninggalkan iku..
“Edogawa. Maafkan aku telah lama menyimpan rahasia ini, karena ini janjiku pada Shinici”
“Ran??” ucap Shinici, kamipun terkejut, setelah mendengarkan cerita ran ini Shinicipun mengingat Ran dan menyebut namanya, tiba-tiba Shinicipun tersedak dan mengeluarkan darah dari mulutnya, ku kuatkan diriku untuk tidak menangis agar aku dapat mengajarkannya Kalimat terakhir yang mesti diucapkan seorang muslim, alhamdulillah akhir hayatnya Shinici sempat ku dengar kalimat tauhid itu diucapkannya, tak kuasa ku bendung tangis ku… air matapun mengalir begitu saja… aku belum sempat meminta maaf pada Shinici, tapi aku tau Shinici memang sangat sayang padaku, dan dia pasti telah memaafkan ku. Semua terjawab misteri itu, misteri selama ini yang telah ku pendam, kenapa shinici pergi dan kenapa Ran mengajakku bulan madu memilih ke Hongkong, kenapa Ran begitu yakin pria yang dilihatnya begitu jauh adalah Shinici. Shinici Aku akan melihat laut dengan mata ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar